Tuesday, 27 July 2010

Daun Singkong Bikin Cerdas euy...

Barangkali salah satu sayuran yang paling mudah ditemukan di sekitar kita yang tinggal di desa adalah daun singkong. Tentunya tanpa menyisihkan peran sayuran yang lain. Namun di lingkungan tempat saya tinggal, singkong adalah tanaman yang hampir ada di setiap pekarangan rumah atau kebun. Tetangga depan, samping, belakang saya, bahkan menanam tanaman ini. Memang tanaman singkong mudah ditanam. Kita tinggal menancapkan potongan batang dengan ukuran yang sama ke dalam tanah. Kemudian kita tinggal menunggu waktu panen. Selain singkongnya yang dapat diolah menjadi berbagai makanan baik ringan maupun berat, daun singkong adalah hal lain yang bisa dimanfaatkan dari tanaman ini.

Beberapa waktu lalu saya menemukan artikel tentang kehebatan daun singkong. Bahwa sayuran mengandung banyak vitamin, mungkin kita sudah tahu sejak kita diajarkan di bangku sekolah dasar. Namun yang akan saya kutip ini adalah khasiat yang terkandung dalam daun singkong, dan berbagai kandungan vitaminnya yang ternyata mempunyai andil dalam ikut mencerdaskan otak. Let’s just start it..

Dalam artikel tersebut ditulis, bahwa kandungan protein daun singkong hampir sama dengan telur. Setelah air, protein adalah senyawa yang paling banyak dalam tubuh manusia, yaitu sekitar separuh dari bobot kering tubuh. Di dalam tubuh protein berfungsi sebagai unsur pembangun sel dan merupakan komponen enzim yang penting.

Dan ini kenapa daun singkong dapat meningkatkan fungsi otak. Menurut berbagai analisis, di dalam daun singkong ada berbagai kandungan asam amino yang diperlukan tubuh baik untuk membantu mengubah karbohidrat menjadi energi, membantu pemulihan kulit dan tulang, meningkatkan daya ingat, mood, kinerja otak dan metabolisme asam amino lain. Dalam kaitan mencerdaskan otak ada beberapa asam amino yang terkandung dalam daun singkong di antaranya: asam glutamik, phenilalanin, tirosin, dan triptophan. Dan apakah fungsi dari beberapa asam amino tersebut, here they are:

Tirosin dan tritophan merupakan dua jenis asam amino yang berperan penting untuk mendukung perkembangan otak optimal. Tirosin dapat meningkatkan fungsi otak dalam menyerap informasi, sekaligus membentuk neutrotransmiter cathecolamine yang berfungsi membuat kita tetap terjaga. Sedangkan triptophan dapat meningkatkan fungsi otak dalam memproses informasi. Triptophan kemudian berubah menjadi serotonin dan melatonin yang berfungsi meningkatkan kualitas tidur.

Daun singkong yang dikonsumsi secara rutin juga dapat mencegah aterosklerosis – penimbunan lemak di dinding pembuluh darah - yang bisa berdampak pada serangan jantung-. Lalu, kandungan klorofilnya menurut penelitian mengandung kuprofilin yang mampu menurunkan kolesterol, trigliseria, lipida serum darah secara nyata. Klorofil dan beberapa turunannya juga memiliki daya antioksidan dan antikanker.

Vitamin A dan C pada daun singkong juga patut diperhitungkan. Dalam saetiap 100 g daun singkong mengandung 3.300 RE vitamin A yang baik untuk kesehatan mata dan vitamin C sebanyak 275 mg yang baik untuk mencegah sariawan, meningkatkan kekebalan tubuh, membantu menangkal radikal bebas dan melindungi sel dari kerusakan oksidasi. Lalu masih ada juga kandungan zat-zat aktif lainnya yang dapat berkhasiat sebagai bahan obat.
Nhah untuk mengatasi sembelit, daun singkong mengandung serat yang sukup tinggi sehingga dapat membantu melancarkan buang air besar.

Untuk mengkonsumsinya daun singkong juga bisa dikombinasikan dengan bahan pangan lain seperti telur, tempe, ataupun ikan, yang tentunya akan lebih baik.

Jadi setelah melihat banyakanya manfaat yang ada di daun singkong, terutama untuk otak, maka kita tak perlu punya alasan lagi untuk tidak sering mengkonsumsinya. Selain murah, seperti yang sudah saya sebutkan di awal, sayuran ini mudah ditemui dan didapatkan di sekitar kita.

Sumber artikel: Intisari, April 2010: 181-185

Thursday, 1 July 2010

My Little Railway Tour

Want to tell about my first railway tour. Bukan kemana-mana sebenarnya, tapi dekat saja, yupz, kereta api Prameks jurusan Solo-Jogja. Udah lama banget pengen naik kereta. Dari dulu, mo ikut temen yang kalau pulang kampong musti naik kereta, ga jadi-jadi. Sampai sekarang udah pisah, belum kesampaian. Tapi, kemudian beberapa bulan yang lalu, naiklah saya kereta. Pertama-tama, cari tiket di Stasiun Balapan, dapat kereta yang berangkat pukul 11.45. Rencananya mo ke Malioboro plus Beringharjo,cari kerudung. (pengalaman cari kerudung di sono murah and modelnya bagus-bagus euy). Trus rencana mo turun di Stasiun Jogja aja, soalnya katane, klo dari Lempuyangan musti naik bus lagi ke Malioboronya. . Setelah beli tiket, masih punya waktu satu jam, makan dulu bentar. Setelah itu, barulah kembali ke Balapan, nunggu kereta Prameks datang.

Tidak lama menunggu, datanglah itu kereta Prameks, siap-siap cari tempat duduk, berebut dah ma penumpang lain. Untunglah dapat tempat duduk, walaupun ga dapat tempat yang strategis buat nonton pemandangan luas di luar (huww). Perjalanan sekitar satu jam lebih. Saya kira naik kereta itu ga berhenti maksudnya langsung gitu. Ternyata hamper lebih dari dua kali musti berhenti di stasiun-stasiun kecil, misalnya di Klaten. Trus, ini nih, saya ko ga ngrasa yang seperti di tipi-tipi itu, kalau naik kereta badannya bisa goyang-goyang, wkakka..ternyata kata adek saya, yaelah, yang di tipi itu kan lebay gaya aje…ohh jadi gitooo,ndesit lah…trus ada yang jualan juga toh, di kereta, tapi bukan pedangang asongan, jadi ada mba-mba ‘n mas-mas pakaiannya rapi bersih, bawa kereta yang isinya makanan ringan plus minuman melewati gerbong dan sesekali berhenti kalau ada yang beli. Nhah jualannya kayak gitu… wah boleh juga..

Jalur Solo-Jogja, yang dilalui, mayoritas adalah sawah terhampar. Di daerah Klaten lihat ada Candi sekilas, tapi ga tahu candi apa. Akhirnya tiba juga di stasiun Jogja. Tujuan pertama ke Malioboro, mikir bentar, lhah Malioboro arah mana yah, perasaan tadi lewat.. Ternyata eh ternyata Malioboro itu deket banget ma stasiunnya. Sebelah selatannya, tinggal nyebrang doank. Mana kami tahu kalau sedekat itu, makanya tanya tukang becak dulu baru tahu. Yasudd, lanjut, jalan kaki dari stasiun, sebenere ke Malioboro cuma numpang lewat doang, tujuan utama adalah Pasar Beringharjo. Di persimpangan beli dua botol minuman dingin, habis panas terik, dan jalan kaki akan menambah keluarnya cairan tubuh nanti. Tanya lagi ma Bapak tukang becak, masih jauh ga pasarnya, ternyata lumayan. Siipp, lanjut jalan lagi.

Sampai di Pasar Beringharjo, naik ke lantai dua (klo ga salah si) tempat penjual kerudung berada. Pilih sana sini, akhirnya dapat, juga kerudungnya. Nhah, adek saya sempat nyeletuk neh, pas berada diantara toko-toko kerudung itu.
Dia bilang " ehhh, mbaa, rungokno, ono sing aneh ga ?"
saya : " hah..opo ? "
Dia: “laguuuuunee ki lhoo”
Saya : “waahh iyo ik” baru sadar dari tadi.
Jadi gini, tokonya si, boleh jual asesoris muslim, gitu, tapi lagu yang distel, mayoritas lagu kayak anak dugem gitu, hweheh….ajib-ajib dah…kayak di distro-distro..
Dia bilang lagi “lhah ko lagunya bukan yang ‘umi umi’(lagunya Sulis, dulu sempet popular banget) yoh?!”
Saya : “hheeheheh, he’eh ik, geoll buuuu!”

Udah dapat yang dicari, ya sudah turun, setelah memperkirakan jalan dari stasiun ke pasarnya, jadi kemungkinan arus jalan balik ke stasiun bisa diperkirakan juga. Ini penting soalnya kereta Prameks terkahir yang ke Solo, akan datang pukul 16.15, kan ga asik juga klo ketinggalan kereta. Untunglah, masih ada waktu, nunggu kereta Prameks datang, lesehan dulu di Peron, mencoba menikmati nunggu kereta bersama calon penumpng lain,hheheh….Kurang lebih setengah jam nunggu, akhirnya keretaku datang juga. Ternyata penumpang yang mo ke Solo sore itu, buanyaknyaaa….entah karena ini kereta terakhir mungkin. Ritual rebutan kursipun terjadi lebih sengit dari sebelumnya, tapi belum rejeki, akhirnya musti berdiri. Ini kali, tiket tidak diperiksa, lah gimana mo meriksa lha wong penumpangnya aje, desek-desekan gitu…tapi enjoy aja lahhh…..capek juga berdiri, akhirnya lesehan juga di gerbong kereta…(sempet terpikir besok-besok boleh tuh bawa koran buat alas) dan ini kali kereta tidak banyak berhenti, ga tahu kenapa, apa karena udah penuh or emang udah ga ada penumpang di stasiun-stasiun yang dilewati. Kereta melajuuuu….

Baru bisa duduk pas nyampe di stasiun Purwosari. Tidak mengapa lah, daripada daripada…Nhah sepanjang mendekati stasiun Purwosari sampai stasiunnya, banyak banget warga yang ngumpul di pinggiran rel. Bapak-bapak, ibu-ibu dengan anak-anak kecil, tak terkecuali, muda-mudi… lhah ternyata mereka lihat kereta lewat toh..saya kira ada apaan. Yupz, menghabiskan waktu senja yang cukup mengasyikkan juga kayaknya, rekreasi gratis sore hari. Jadi inget dulu waktu kecil, diceritain kereta api aja udah seneng, apalagi ini, diajak nonton keretanya jalan langsung….hmmm…

Sekitar pukul setengah enam sore, nyampe juga di Stasiun Balapan, turun ambil sepeda motor di parkiran menuju pemberhentian berikutnya… Setelah dihitung, harga tiket pulang pergi, satu orang Rp.18000,- . Sebenernya lebih irit kalau naik motor sendiri si, kalau ke Jogja, tetapi sensasi pengalaman naik kereta api, tentunya akan tetap berbeda pula ceritanya….(berasa kayak acaranya mas Tomohiro, -ngayal dulu dikit- ,yang tur di China naik kereta, xixixiix, jadi pengen, kapan yaw??someday maybe...). Crita –crita ma temen, eh ternyata dia belum pernah naik Prameks, alhasil dia ngajakin kapan-kapan pengen naik Prameks juga dah ah…

Monday, 29 March 2010

....a lunar halo.. last night..

Seorang teman, tadi malam sekitar pukul 11 malam lebih sedikit sms saya. Isinya, “teman-teman, klo belum tidur, lihat ke bulan ada yang unik”. Saya kebetulan belum tidur, tapi saya balas, bahwa saya tidak berani keluar sendiri lah. Dia balas lagi, “wah, lihat aja, ntar nyesel lho”. Ada apa dengan bulan sebenarnya. Perasaan alamiah muncul, penasaran. Sekitar pukul 11.15 saya pun melihat keluar, dan kemudian saya lihat ke atas. Dan wow, , melihat ke atas, dan voilà, ada yang unik, aneh di sekitar bulan. Sebuah lingkaran sempurna mengelilingi bulan. Agak samar memang, tadi malam itu agak mendung atau cerah yah, karena gelap jadi saya sulit menyimpulkan. Tapi yang jelas, bentuk bulan terlihat hampir sempurna dan lingkaran di sekelilingnya terlihat jelas. Saya memandang sejenak kebesaran Tuhan yang diperlihatkan dan bertanya-tanya lingkaran apa itu. Saya kirim sms lagi ke teman saya, "itu apa yakz? Kayak pelangi or apa..??" eh dia malah jawab “unik kan, awas jangan noleh ke belakang, hihihi” malah nakut2in, tahu dia saya sendirian. Mau saya potret, tapi dengan ponsel, pasti nanti hasilnya ga jelas juga, ya sudahlah. Setelah sejenak memandang saya masuk lagi ke rumah.
Kemudian, buat status di fb, kali aja ada yang liat juga, ehh ko ya ga da. Nyari di google sebenarnya tadi malam itu fenomena apa. Ehh, tadi malam ko ya mimpinya aneh, masak lingkaran yang di sekitar bulan tadi udah dihapus oleh semacam mesin, dan kemudian orang yang melihat lingkaran tadi malam, didatangi oleh semacam agen dan kemudian melakukan sesuatu pada orang-orang yang melihat fenomena tersebut, kemudian menghilangkan ingatan tentang fenomena itu dengan cara seperti di pilem MIB, dasarrr aneh...

Pagi ini, cari-cari info tentang tadi malam, googling, dengan mengetik ini itu, malah nemu info tentang gerhana bulan. Tapi ada satu info, yakni tentang foto halo di sekitar bulan. Apakah tadi malam itu halo? Trus googling lagi tapi hasilnya tidak memuaskan. Pencarian masih berlanjut hingga malam hari, sampai saya coba ke sini , ketemulah.. it was a lunar halo!. nhah di situs ini saya menemukan gambar seperti yang saya lihat tadi malam.

A lunar halo forms via refraction of moonlight (which is reflected sunlight) by ice crystals in upper thermosphere. Stan Richard of Iowa took this picture of a moon halo in the winter of 2000.
pic source: http://www.space.com/spacewatch/weather_sky_030307-1.html


Jadi apa itu halo?

Halo atau lingkaran cahaya adalah salah satu jajaran fenomena atmosferis yang disebabkan adanya proses refraksi pada lapisan es atau kristal yang berada lapisan tertinggi atmosfer.

Halo terjadi ketika ada sinar bulan atau dari matahari yang berbenturan dengan kristal-kristal es yang menggantung di atmosfer pada ketinggian 25.000 kaki (7,6 km). Kristal-kristal es ini terdapat dalam lapisan selubung awan tipis gelap cirrostratus.

Halo bisa dilihat ketika sinar bulan cerah yang diselubungi dengan awan cirrus tipis. Saat yang paling bagus adalah ketika bulan penuh atau mendekati penuh ..(berarti kayak tadi malem, -hampir penuh- tanggal 12). Lebih lagi terkadang ada lingkaran yang lebih kecil yang berwarna mengelilingi bulan (nhah mungkin ini yang tak kirain seperti pelangi). Tapi ini bukan halo, ini yang disebut corona, yang terjadi karena adanya difraksi (diffraction) cahaya yang terkena butiran-butiran air awan.
Untuk lebih jelasnya, bisa kunjungi sumbernya:
http://www.space.com/spacewatch/weather_sky_030307-1.html dan www.atoptics.co.uk/halo/circmoon.htm .

Selain lunar halo, halo juga bisa terjadi pada matahari, or it is called solar halo. Akan tetapi untuk melihat solar halo, harus lebih hati-hati. Oleh karena sangat berbahaya untuk melihat sinar matahari langsung to, bahkan dengan kamera sekalipun. Baiknya, tutupi dulu bagian matahari dengan jari atau bangunan tertentu, jadi lebih aman untuk bisa lihat ataupun motret fenomena halo....

Jadi keinget dengan lagunya Beyonce yang liriknya lagunya ada halo nya juga....
Everytime I'm looking now, I'm surrounded by your embrace
Baby I can see your halo....


Tuesday, 9 March 2010

deal with it girl, yes, you can!

I tried to understand what just happened to me this day actually. Maybe it was dissapointing thing, it was, but i try to deal with it. There's a quote, grow up means accept things that we can not change..i was so..., i do not how to say it in english, the feeling, between dissapointed-patiented-then smiled.. a friend asked me then after a few minutes. And my answer would be,"all i can do is just smile, answering your question, this is some puzzle to me to, i do not know how to describe it. the next thing i told her, that "actually it was just an ordinary thing, but somehow my heart has made it become a special one...
i begin to realize something, that is, to accept, to deal for something that we can not change...eventhough i am eager to....but the fact sometimes it does not like we want..maybe it just what exactly what I need maybe..
i reply her, maybe all i need for now is to be more deeply thought at my self..yupz in to deep in me!
remember another quote: "there are more to see than meets the eye"

Friday, 5 March 2010

what is this then..

yesterday... is yesterday...
well, what would i tell if i did not know what would it be...
-i guess, i begin to enjoy this activity-
i met an old friend last saturday. we chated a lot. what had we taken, what had happened, what was going on... and a lot of kinda memorable talking. We were talking about our friends, our activities, about what would we do next..
soemtimes, i don not know what would write in this blog. but don't ya think, in blogging, all you have to do is just write what you want, isn't it?
hwew, seems that it doesn't have any relation with my first paragraph..then..
this afternoon i had a meeting with the staff. and I realized that i should learn more... gooshhh i'm lacking of idea...let's hope that it won't happen again,
..let's just hope that we are not lacking of idea...everyone..
yupzzz, bon courage yaw!!

Sunday, 28 February 2010

Ketep Pass, Merbabu, Dieng?

Visiting this place was one of my old willing to do. Once, when I was in junior high school, I and my friends had a plan for camping near the Merbabu Mountain. As you know, my beloved small town is near from this mountain. Yepp, we are living in foot of the mountain of Merbabu. So you can imagine how fresh the air was, huh. I love it so.
Well back to the story, hearing the plan, I was very enthusiastic, and kind an impatiently to join the camping immediately. We were so young that we have to ask the permit from our each parents first of course. Then, what my father’s said at that moment had made me really upset. He did not permit me to join the camping. He said that it would be dangerous for we were still too young, and there’s no adult with us. But I tried to convince him, that some of my friends had had experience before. Well, that’s not help anyway.
Yupz, we were doing this plan without any permission from our teachers. It means, that our school did not get any involve in it. We thought that we could do all by ourselves. We prepare anything, well, some equipment for camping, as usual, the tent, the lamp, ect. Knowing that I would not participate the camping, I told it to my classmates. And guess what, what just happen to me, it did happen to my friend too. But later, some of them did go to join the camping, without any permission from their parents. Uhh, I was so jealous, but I tried to be a goooood …(n_n), so I didn’t participate finally. And when the camping was end, I just heard the story, how the camping was, what they did there, from my friends. It sounded they had much fun at that time. And that’s just make me quiet more jealous of course…I thought that I’ve lost my ..….at that time.
And know, well, it did last year, finally I saw the Merbabu nearly. Hmm, actually it’s different story, not about campin... Me, who live near the mountain but never, saw it closely, kinda bit ironical situation, non? And it did happen on my way to go to Ketep Pass. A place where people can have a great view of the two famous mountain, in Java, the Merbabu mountain and the famous active Vulcan in Indonesia,-maybe in the world- Merapi. But the location of the place was not in my city administration, it belongs to Magelang regency. It can be reached for about one and a half from my hometown, Boyolali. Me and my lil’ brother, rode motorcycle to reach the Ketep Pass. He had already known about the track for a little.
But had arrived at Selo, part of Boyolali’s district-, we still had to ask a woman who marched beside the street where the road to Ketep Pass was, hehheee, because he had lost or maybe he just got forgotten. Well, I was enjoying my trip away to Ketep Pass. It was so magnificent, a natural bless. On my right, the huge mountain of Merbabu, and in my left one was the Merapi. Typical, fresh air, the mountain atmosphere, the vegetables gardens, and the fog, -seems that we were in another world-.
Just because all of that, well, it reminded me, a lil bit, about Dieng. I visited it several years a go. And I called it, “The Town behind the hill” regarding the winding road, and several hills in its side that I passed to get thorugh Dieng Plateau. Sometimes, if the weather is not good, just ride your motorcycle, slowly, beside its slippery,, and of course, its fog which will ‘accompany’ your journey at that time,
Okey back to my ‘little tour’ to Ketep, somehow, I was just stuck at my self staring the beautiful scenery of it…

- Someday…I would like to be more close to…...???
………………….

Saturday, 13 February 2010

A short conversation… full meaning, as a fastest course we have…our chatting with Mr. Didit Chris P.

Kemarin, ke Solo lagi. Ceritanya mo ke toko buku. Seperti biasa, ngajak siapa lagi kalau bukan ma soeur qui fait ses études là. Okeyyy, sebelum ke toko buku, kami pergi ke Beteng, ceritanay mo cari sandal. Dapat sandal, kamipun menuju ke sebuah toko buku besar di kawasan jalan Slamet Riyadi. Sampai di sana, sebelum masuk ke tokonya, tiba-tiba saja, adik saya mengajak, berjalan ke depan toko. Emang sih, klo bawa motor,jadi kita parkir di basement gedung, trus klo mo masuk, lewat pintu belakang, so jarang banget melewati pintu yang di depan. Jadi, oleh karena penasaran juga (halahhh), gimana bangunan toko buku ini klo dari depan, kamipun pergi melihat-lihat. Menurut perkiraan kami, mungkin gedung ni dulunya ,milik pribadi, soalnya bangunannya seperti rumah jaman dulu, maksudnya bukan bangunan jaman sekarang begitu. That’s why we wanted to know how the front door looks like. Sesampainya di depan, ehh, kelihatannya lagi ada pameran. Tapi pameran apaan, both we dunno. Ceritanya biar urut, saya ngajak masuk lewat depan. Ternyata udah ada seorang wanita duduk di depan sebuah meja dengan buku tamu diatasnya. Sempat menyapa wanita tersebut sebentar, kemudian wanita tersebut menyilakan kami masuk. Tanpa mengisi buku tamu, kami langsung masuk aja. Masih bertanya-tanya nih pameran apaan. Di benak saya, nih mungkin pameran lukisan or sejenisnya lah. Okey kami masuk, baru beberapa menit mengamati gambar (karya) datanglah seorang Bapak yang menyapa kami. Batin saya, hmm jangan-jangan nih Bapak yang lagi punya gawe. Kemudian, dia menyapa kami, bertanya kira-kira( soale detailnya lupa, Bapaknya ngomong gimana, yang penting intinya) begini:
Bapak (B): (senyum)“hallo, darimana?”
Ma soeur(M): “ dari solo Pak”
B: “Mahasiswa?”
M: “iyah, Sastra, UNS”
Saya : -diam- .hehehhe.
B: “lho tahu darimana ada pameran?”
Saya: “ ceritanya mo ke toko buku itu Pak, sebelum masuk pengen lihat-lihat ke depan, eh ada ini (pameran)”.
B: “wah, kalau gitu saya beruntung ya, orang-orang yang datang ke toko buku bisa sambil mengunjungi pameran saya” (kira-kira begitu soalnya saya lupa detailnya si Bapak ngomongnya gimana, intinya gitu)
Setelah saya pikir-pikir yang beruntung ntu kami apa Bapaknya yah. Tidak menyangka kami bisa ketemu Bapak yang punya pameran langsung, ngobrol ngalor ngidul. Walaupun kadang kami tidak nyambung…(generasi muda apa-apaan ini, hhehhe), tapi, tetep aja, Bapaknya dengan sikap ramahnya, mencoba mengajak kami berdiskusi.
B: wah, anak sastra ya, pasti pinter linnguistik nih, sini saya tunjukkan salah satu ide saya ,(sambil berjalan menuju sebuah gambar), nanti tolong kasih komentarnya ya”
Sini-sini lihat dulu, nanti saya jelaskan apa ini”.
Kami berjalan mengikuti si Bapak. Di depan kami terpampang sebuah poto besar Bung Karno, dan di samping kanan kirinya terdapat beberapa script tulisan tangan Bung Karno.
Dalam hati saya,nih apaan yakzz..??? trus kami coba baca itu script. Belum sempat selesai baca sript, Bapaknya menjelaskan,
B: “ jadi ini terinspirasi dari The Declaration of Independence-nya Amerika, pernah dengar kan?”
Kami: “oh, iya Pak, pernah”
B: “ nha, di situ itu ternyata sudah ada patokan menulis.......dan ternyata seorang pemimpin besar pasti mempunyai ciri-ciri tulisan maisng-masing. (kira-kira maksudnya gini, dia mencoba mengadakan penelitian terhadap tulisan tangan Bung Karno. Nha setelah mengamati nih, si Bapak menyimpulkan, bahwa ternyata tulisan bung Karno itu konsisten, misalnya bagaimana Bung Karno menuliskan huruf A besar yang berbeda dengan orang kebanyakan). Di bawah gambar diri bung Karno, terdapat beberapa hasil analisanya si Bapak ini. Dari huruf yang digunakan Bung Karno yang menunjukkan kekonsistennya sampai angka tidak ketinggalan. Kata Bapaknya lagi, “ nih rencanya mo dipatenkan, ntar didaftarkan ke ...(pa yah,saya lupa , pokokny lembaga yang ngurusin hak paten tulisan ke luar negeri sana).
Hehehhe.. kami belum memberi komentar...heheheelagian juga bingun mo komentar apa. Maaf ya Pak
Ma soeur: “eh Bapaknya dosen ya?”
B: (senyum) “tuh di depan ada CV saya, bisa dibaca di sana”.
Ma soeurr: “ohh eehhh..”
B: “ sudah mengisi buku tamu belum?”
Kami: “belum, Pak”
B: “ngisi di depan dulu, ntar dikasih ‘Joglosemar’ lho”
Akhirnya ngisi buku tamu. Tapi ga dapet ‘Joglosemarnya’ lha wong uda habis...
Lanjut diskusi (cie) ma Bapaknya..dari karya yang ia buat, nyinggung kasus century bentar, soal pendidikan, trus apa lagi, oh iyah, filsafat...(Beberapa kali si Bapak mengutip, karya dari Rendra, sampai filsuf Aristoteles).....beberapa kata yang membuat Bapaknya terinspirasi, dia sampaikan ke kami dan bahkan sampai tidak ketinggalan soal tips cara menyehatkan mata, bagaimana ceritanya seoarang Bapak yang sudah berumur ini, bisa tidak memmakai kacamata.
Saya mengamati sebuah desain kalender. Kata si Bapaknya lagi, “nih, kalender, saya desain, dengan gambar yang saya cocokkan dengan kata-kata yang menyertai gambar tersebut”
Saya: “ini kata-katanya Bapak buat sendiri?”
Bapaknya sambil senyum menjelaskan, bagaimana sebuah inspirasi bisa hadir. Kalau malaem, biasa solat tahajud ga? setengah bertanya, “minta kepada Allah, nhah disitulahh, terkadang tanpa-tanpa kit aduga-duga, datanglah “ .....-inspirasi-....sebuah proses
B: sering ke Jakarta?”
Kami: senyum “jarang Pak”
Dia cerita, “saya itu kalau tinggal di solo malah gampang lelah ya, di Jakarta saya terbiasa tidur jam tiga(pagi)” saya kan dimintai tolong juga ma ‘Joglosemar’ buat ngedit-ngedit gambar, itu dikirim lewat net. (maksudnya dia kan domisili di Jakarta, sedangkan ‘Joglosemar’ di Solo, tapi dia tetep bisa nerima ordernya lewat net, gitu), kadang saudara saya sampai heran.
Lahhh, ko kebalikan kami, analisa adik saya, pasti nih Bapaknya suka kerja (workaholic) jadi pantas saja kalau di Jakarta malah dia merasa nyaman, mungkin di Solo dia kebanyakan nganggur, jadi lelah dah. Saya menimpali, iya yahm ritme hidup di jakrta ma di Solo kan beda juga. Di sana orang terbiasa, berangkat jam setengah 6 pagi, ntar pulang habis magrib bahkan habis isak bisa jug abaru pulang. Padahal, saya yang akhir tahun kemaren aja ke Jakarta, beberapa saat merasakan atmosfer Jakrta..walahhh kesimpulan saya: Jakrta itu bising, beton, crowded (palagi pas jam pulang kerja, seolah-olah orang berlomba buat nyampe rumah duluan, ckckck) wuihh, pokonya dituntut harus sett.. setttt... (tahukan maksudnya), gitulah...saya yang sudah terbiasa dengan ritme hidup di desa, agak-agak shock culture,...hweheheh..lebay..
Lanjut cerita si Bapak“ Jaman sekarang, udah ga jamannya lagi, nglamar pake map, naik turun bus, apa itu”,- dia menyebutnya jaman lumpur-( istilah baru bagi kami, hehheh), “makanya itu jaringan internet musti dipelajari”
.......................
Lagii
B: “Kalian, misalkan lgi dipameran komputer, pokoknya di sebuah pameran yang menyajikan teknologi canggih, apa yang kalian katakan waktu pertama kali masuk ke pameran tersebut” tanya si Bapak.
Kami: “hehhe, 'yah bagus ya', mungkin gitu Pak”
B: “ nhah itu, yang namanya nyembah berhala, kita itu ga sadar, seorang yang religius pasti berkata –“subhanallah, Sungguh Allah Maha Besar bisa menciptakan orang-orang yang bisa buat barang seprti itu””-
Biasanya kita malah terkagum-kagum pada barangnya, ya kan..
Kami :------------------
B: udah dapat kartu nama?
Kami: “belum”
B: “nih saya kasih, nih namanya kartu nama masa depan”
Lah, yah bagaimanakahhhh..
Ternyata, ini yang Bapak maksud dengan kartu nama masa depan, jika biasanya dalam kartu nama dicantumkan nama, alamat lengkap, profesi, nha kalau kartu nama masa depan, Cuma ada, alamat di dunia maya, seprti facebook, blog, twitter, seperti punya Bapaknya.
Jadi siapakah Bapak yang saya bicarakan disini? Nihh, di kartu namanya tertulis:
Facebook: Didit Chris Prawirokusumo
Blogspot: dc_instinctrack
Twitter: mistergrid.
Jadi kami simpulkan sendiri, itu pameran desain grafis,dari Bapak Didit Chris tadi,karya dia dari mulai desain sampul majalah, kalender, iklan juga., ‘n about Sukarno’s script juga.
Kalau Bapaknya merasa beruntung ada pengunjung pameran yang tidak sengaja melihat pameran beliau, seprti kami,yang banyak ga nyambungnya kala diajak berdiskusi, kamipun merasa sangat beruntung, dapat kesempatan berdiskusi sejenak langsung dengan orang yang ngadain pameran.
Oia, lupa mengucapkan terimakasi buat ‘short course’ ‘n short conversation-nya,
Semoga sukses Pak,

Thursday, 21 January 2010

Area X, novel sains futurologi

UFO (Unidentified Flying Object) atau yang kita kenal sebagai piring terbang, sampai saat ini masih menjadi polemik di tengah masyarakat. Walaupun telah muncul fenomena-fenomena aneh di sekitar kita, yang mengarahkan kita untuk membuat asumsi bahwa piring terbang itu ada. Yang paling kontroversial mungkin adalah peristiwa Roswell bahkan dulu ada sebuah serial televisi yang mengambil judul yang sama. Berkisah tentang adanya makhluk asing yang ternyata telah hidup berdampingan dengan umat manusia, dan hanya segelintir orang yang menyadarinya. Saya pun, dulu menyukai serial ini. Terkadang sampai membuat saya bertanya-tanya apakah benar memang kita tidak benar-benar ‘sendirian’ di jagad raya ini. Tema-tema tentang UFO inipun telah menginspirasi para sutradara untuk membuat film tentang keberadaan makhluk asing ini. Para peneliti masih mengkaji bab tentang keberadaan makhluk lain selain manusia. Membaca novel Eliza V. Handayani ini kita akan diajak mengkaji keberadaan UFO, fenomena-fenomena yang menyertainya, orang-orang yang meneliti tentangnya.
Novel setebal 368 halaman ini bercerita tentang keadaan Indonesia pada abad XXI, tepatnya pada tahun 2015. Digambarkan pada saat itu, dunia sedang dihadapkan pada masalah krisis energi, sehingga setiap negara berupaya menemukan energi alternatif lainnya. Tidak terkecuali Indonesia. Pada awal novel, penulis menceritakan gambaran keadaan Indonesia, dari 2001-2015. terutama bidang teknologi dan IPTEK. Salah satunya adalah pendirian pusat penelitian IPTEK mutakhir, yang berjumlah 10 area. Tiap-tiap area tersebut memiliki fungsinya masing-masing, dan yang akan banyak dibicarakan dalam novel ini adalah area X (area sepuluh). Oleh karena banyak menyimpan misteri, dan beredar kabar bahwa di tempat sedang diadakan penelitian berbahaya dan illegal, orang-orang menyebutnya area X. Yudho bersama seorang temannya pun terusik untuk menyelinap ke Area X hanya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya yang dilakukan para peneliti di area X. Yudho berhasil masuk ke dalam area tersebut bersama temannya, Rocki. Ternyata keberadaan mereka diketahui penjaga, Yudho dapat meloloskan diri, tetapi Rocki terjebak. Keesokan harinya mayat Rocki ditemukan di luar area X. Yudhopun merasa bersalah telah meninggalkan temannya, bahkan ia dijauhi teman-temannya. Sejak kejadian itu, Yudhopun sering merasa diikuti dan diawasi. Kemudian ia bertemu dengan Elena Valeria, mahasiswa Astrofisika S2 sekaligus seorang asisten peneliti bidang ufologi, sedang meneliti adanya penampakan aneh yang dialami oleh seorang ibu dan anaknya di dekat area X. Elly adalah anggota pusat penelitian UFO di Indonesia. Dalam novel ini, kita akan diajak untuk mengetahui seluk beluk UFO, sesuatu yang sampai saat ini masih menjadi perdebatan, misteri dan pertanyaan.
Berbagai penampakan yang diidentifikasi mirip cakram terbang dari belahan dunia disajikan dalam alur cerita lewat percakapan tokoh-tokohnya. Kejadian demi kejadian mendorong Elly dan Yudho bersama-sama kemudian menyelidiki lebih jauh tentang Area X. Walaupun apa yang mereka lakukan mengakibatkan mereka sempat dijauhi teman dan keluarga mereka. Keingintahuan Elly tentang UFO, bahkan telah membuat konflik antara dia dengan ayahnya. Bagi ayahnya, yang seorang ilmuwan psikoanalis terkemuka, orang-orang yang mengaku melihat UFO atau pernah diculik oleh makhuk asing adalah sebuah bualan besar, dan hanya terjadi pada orang-orang yang merasa tersesat dan tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa atau orang-orang yang bermimpi untuk hidup di dunia yang lebih baik, namun tidak berusaha untuk mewujudkan dunia itu. Namun Elly bersikeras, dan membuktikan bahwa inilah yang ia ingin lakukan. Bahkan Elly dihadapkan pada bukti-bukti tentang keberadaan makhluk asing disekitarnya. Dan hal itu makin membuat Elly terus ,melanjutkan penyelidikannya. Kesemuanya bermuara pada satu area, yupz, Area X.
Pada akhirnya apa yang mereka temukan dan lihat di Area X setidaknya dapat menjawab pertanyaan mereka selama ini. Berbagai istilah ilmiah yang berkaitan dengan penelitian banyak muncul, seperti, crop circle, DNA heliks ganda, debris, mattambre dan istilah lainnya. Terkadang kita dapat menemukan arti dari istilah-istilah tersebut pada catatan kaki. Dan, akhirnya seperti apa yang ditulis di sampul novel, apakah benar kita tak pernah benar-benar sendirian? You’ll find out wot the meaning was….whether it has a complexity or not, this novel is surely recommended for them who like a future science story like UFO for example.

Area X-un

Enfin, j’ai fini le lire. Un roman scientific d’une auteur indonésienne s’appelle Eliza V. Handayani. Le titre du roman c’est « Area X ». j’ai gagné ce roman de mon petit frére. Un jour il y avait le postier qui nous avait envoyé le roman. il écrit, c’était pour mon petit frére. Je lui ai demandé alors, comment il peut gagner ce roman, mais j’ai trouvé la reponds moi meme alors. Il a suivi une competion, quelquechose vient du blogger parraître. Then, he asked me to make a review from it. Avoir regardé ce roman, je me souviens quelquechose, c’est comme j’avais appris et lu le roman avant. Mais quand, j’avais oublié. Je reste me demander. Je commencait à lire le roman. De la préface, alors j’ai trouvé la reponds. Ah, le voilà, il a dit que, ce roman avait paru au journal « Horizon », un journal de la littèrature, du janvier au septembre 2001. Moi, je me souviens, quand j’étais au lychée, j’ai emprunté souvent le journal à la blibliothèque. Et dans ce journal, alors, je l’ai appris. Mais, à ce moment lá, je n’ai pas suivi l’histoire, hhwhhehh.. dunno, i were not really interested on it. Et maintenant, j’ai le roman, ici, j’ai fini de le lire, et je vais essayer de faire le resume de ce roman. Le voilá j’ai demandé aussi ma soeur de coriger un peu s’il y a quelquechose qui ne va pas sur le texte

Titre : Area X
Auteur : Eliza V. Handayani
Editeur : DAR ! Mizan
Le premier edition ; 2003
Langue : indonesien
Nombre de pages : 368

“Kita hanya tahu tak lebih dari secuil rahasia alam. Kita tak tahu bagaimana asal-usul galaksi kita, bagaimana proses evolusi suatu planet sehingga dapat menyongkong kehidupan, atau bagaimana makhluk hidup pertama bangkit. Apakah semuanya berawal dari Big Bang? Dari sup primodial, dari mana terlahir mikroba paling sederhana, yang kemudian –berevolusi menjadi makhluk canggih seperti kita sekarang ini? jika demikian, apakah kehidupan suatu yang unik, ataukah lumrah, di alam raya? Pengembaraan kita ini adalah upaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dapat mengubah cara manusia memandang dirinya, tempatnya, dan maknanya.”
Seketika auditorium menjadi hening-tenggelam dalam pemikiran akan betapa luasnya kuasa Yang Maha Esa.
(Area X, 82:2003)

Ah, betapa peliknya alur waktu yang menuju ke saat ini! Berapa banyak jalur kehidupan orang yangsaling bersilang dan bertemu di satu titik ? Apakah kejadian terkecil di dunia ini, kejadian yang paling tak berarti……memiliki kekuatan yang dapat mengubah masa depan selamanya?........Akankah umat manusia tetap akan keluar sebagai satu-satunya makhluk hidup yang berbudaya di bumi biru ini? jika waktu diputar di tempat lain. Di sudut terpencil jagad raya ini, apakah seluruh proses itu akan terjadi lagi-di tempat lain, menghasilkan makhluk hidup lain, peradaban lain?
“Segala pertanyaan ini-….” Suara si Ibu Penceramah mengoyak awan lamunan Elly…..”-dan segala instrumen ini, betapapun canggih kedengarannya, sebenarnya menunjukkan betapa kecilnya kita. Dengan teknologi yang kita bangga-banggakan, kenyataannya kita tetap hanya dapat mengintip serpihan kecil dari jagad raya yang tiada terhingga luasnya ini. Karena itulah, anak-anakku sekalian, tidak ada alasan bagi kita untuk merasa puas, apalagi sombong, dengan kadar ilmu yang kita miliki. Hanya dengan keikhlasan untuk mengakui bahwa ‘kita tidak tahu segalanya’-lah kita bisa mencapai kemajuan. Karena itulah, kita perlu mencari tahu.” (Area X, 83-84: 2003)