Seringkali dalam hidup kita dihadapkan pada peristiwa yang menjengkelkan.
Bisa terjadi karena gesekan antar individu yang tentu saja berbeda isi kepala.
Tersinggung karena perkataan orang lain, merasa dihakimi dan terus berpikir apa
yang kita lakukan adalah suatu kesalahan dimatanya. Saya sering sekali seperti
itu. Bertemu dengan seseorang, satu saudara saya, dimana ketika saya melakukan
atau mengemukakan pendapat, saya amati dia ini selalu berkomentar sama. Sama
kalimat dan maknanya. Tentu saja, karena ini untuk kesekian kalinya dia berkata
seperti itu. Saya sempat berpikir, kenapa orang ini lagi-lagi komentarnya sama.
Saya yang terlalu sensitif atau apa, entah. Tampaknya komentarnya membuat saya
berpikir apa yang saya lakukan adalah sebuah kesalahan –kesalahan yang sama sehingga
dia melontarkan sebuah komentar yang terdengar sinis, tentu saja di pikiran
saya saja saat itu. Oleh karena saya tidak suka disebut seperti apa yang dia
kemukakan, ya, saya berusaha menyangkalnya dalam hati. Merasa apa yang saya
lakukan adalah hak saya toh tidak merugikan siapa-siapa bahkan dia, tetapi
kenapa selalu saja berkomentar sama ?
Saya mengalami
peristiwa yang cukup membuat saya merasa kecewa. Yah, ketika orang yang saya pikir
akan terus mempunyai perasaan yang sama tetapi kemudian dia berani
mengungkapkan bahwa ia ternyata selama ini tidak mempunyai rasa yang seperti
saya rasakan, dan selama ini ia ternyata hanya merasa simpati. Sakit untuk
mengetahui kebenaran itu, karena saya punya harapan-harapan dan imajinasi masa
depan, tapi kini semua selesai begitu tiba-tiba. Seperti hati dilempar, tetapi
tak ada yang menangkapnya, lalu hati terjatuh, tanpa ada yang mempedulikan. Terhempas
begitu saja di atas bumi, -galau-. Kemudian, hati saya berbicara, bukankah ini yang saya
inginkan selama ini, kepastian, yah kepastian. Saya kecewa, karena bukan
kepastian ini yang saya ingin dengar dari dia, tapi yang terjadi adalah
sebaliknya. Menjawabnya dengan berkata bahwa mungkin ini sudah jalanNya, tetapi
kemudian meratap di kamar sendiri, menjadi-jadi, lemah, tetapi sok kuat. Mencari-cari
apa yang salah selama ini? Kemudian, timbul pertanyaan dalam hati, kenapa ini terjadi? Kenapa begitu naifnya aku?
Dan kenapa-kenapa yang lainnya menyerbu. Setidaknya pertanyaan yang sempat
terlintas terjawab sebagian. Saya tidak tahu, dan tentu saja hanya berharap ini
yang terbaik dan suatu hari ada jawabnya. Amin
Paginya ketika saya keluar rumah, bertemu orang-orang, mengamati sesekali
dan berpikir, kira-kira apa yang sudah dialami orang-orang itu dalam hidupnya.
Apakah masalah hidup mereka lebih berat atau lebih ringan dari saya. Bahkan
peristiwa yang mungkin tak dapat saya bayangkan sendiri. Saya jadi ingat sebuah
kutipan di serial “Lie to Me”, “kenapa orang-orang selalu berpikir bahwa mereka
saja yang punya masalah?” ah, jangan-jangan saya juga berpikir seperti itu?
Berpikir, why these people seem happier than me? Why it was just a sympathy not even love? Why should I trapped in this
kind similar situation? Oh, mon Dieu, je souhaite de trouver tous les réponds
un jour.
Saya jadi teringat saudara saya yang saya ceritakan di awal. Saya mencoba
mengingat ke belakang apa yang dialaminya dalam kehidupannya. Dan saya baru sadar
bahwa komentar komentar yang saya anggap sinis kepada saya itu, mungkin karena
sesuatu yang pernah dia alami dalam hidup yang membuatnya seperti itu. Saya
tersadar, ternyata saya juga sudah duluan menghakimi dia atas apa yang dia
lakukan kepada saya. Dan, sayapun memandang sinis dan benci kepadanya karena saya
tidak benar-benar mencari tahu mengapa. Jangan-jangan, apa yang dia katakan ada
benarnya, tetapi karena saya sudah tidak suka, saya menjadi menentangnya?
Apakah jika komentar-komentar itu ada benarnya, saya akan terus menentangnya?
Makanya saya menasehati diri sendiri, jika kamu belum benar-benar tahu apa
yang sudah dia alami dalam hidupnya, apa hak kamu menilainya? Kamu bukan dia,
dan dia bukan kamu. Setiap orang pasti mempunyai masalah, lebih ringan atau
berat, mungkin itu tergantung kita. Ada orang yang terkadang dengan senang
mengumbar masalah entah untuk mendapat simpati, atau siapa tahu mungkin dengan
cara seperti itu bisa meringankan beban mereka. Dan tentu saja ada yang pintar
menyembunyikan masalah-masalah yang mereka hadapi, sampai ada iri ketika melihat hidup
mereka dan berpikir hidupnya lebih menyenangkan daripada kita. Ya, memang
seperti itu. Ah, siapa yang tahu? saya juga lagi belajar ….. semoga tidak lupa eh…
Seperti pepatah lama yang mengatakan bahwa kita tidak boleh menghakimi
seseorang tanpa pernah merasakan berjalan dalam sepatu yang mereka kenakan.
Nice artikel... every one has their own story..hehehe... Love this post... And you posted it almost midnite..heheh... Beneran galau ya...
ReplyDeleteHehhehe.. This entry posted almost midnite... Hehehe beneran galau ya..??
ReplyDeletemaybe..hahaha, berharap tidak terjebak lagi pada situasi yang membuat merasa bodoh dengan menganggap sesuatu menjadi penting dalam idup, padahl sebenarnya sesuatu itu tak sepenting sesuai anggapan kita, dan akhirnya segera tersadar sesuatu itu ternyata hanya menuh-menuhin idup.. :)
ReplyDelete