Hari ini hari terakhir saya menyelesaikan kursus setir mobil. Sudah genap 12 kali mencoba mengambil kelas privat. Hasilnya sudah lancar atau belum, sayapun tak dapat menjawabnya dengan pasti. Sekian kali ditanya sama mba-mba di tempat kursus “sudah lancar belum bu?” sayapun hanya bisa menjawab belum dan belum, karena memang saya merasa masih banyak belajar. Ketika mba nya”kurang apa bu?” “kurang banyak mba.” Jawab saya. –iya some time they call me “bu” some time “mba”-. Si mba hanya senyum mendengar jawaban itu. Semenjak ikut kursus saya menjadi lebih perhatian dengan orang-orang yang menyetir ketika di jalan. Melihat bagaimana mereka bisa dengan santainya mengemudikan mobil, kelihatannya, bagaimana mereka berhenti di lampu merah, bagaimana mereka mulai berjalan, bagaimana mereka belok, bagaimana mereka mulai berhenti. Sayapun jadi paham mengapa jikalau di lampu merah, mereka yang membawa mobil akan berjalan sangat pelan ketika lampu mulai hijau.
Saya merasakan sendiri, bagaimana memulai mobil berjalan setelah berhenti, dan itu butuh waktu. Apalagi saya yang sangat pemula ini, la wong yang sudah sering melihat mereka yang pengemudi mobil mahir di jalan-jalan ini memulai menjalankan mobil dengan pelan. Pertanyaan ketika saya yang sering naik motor dan biasanya jika berada di belakang sebuah mobil, dan mobil di depan saya ko tidak cepat-cepat menjalankan kendaraannya pun terjawab. It needs process! Saya menjadi belajar memahami menjadi pengemudi mobil. Seperti merasakan ketika saya sendiri di posisi mereka. Mungkin, ini juga yang terjadi dan diperlukan juga dalam hidup, menjadi belajar memahami dan mengerti orang lain. Yah karena tidak tahu apa yang sudah mereka alami dalam hidup begitu. Belajar menyetir seperti mengingatkan seberapa penting memahami orang lain. -jadi dalem gini?-
Saya merasakan sendiri, bagaimana memulai mobil berjalan setelah berhenti, dan itu butuh waktu. Apalagi saya yang sangat pemula ini, la wong yang sudah sering melihat mereka yang pengemudi mobil mahir di jalan-jalan ini memulai menjalankan mobil dengan pelan. Pertanyaan ketika saya yang sering naik motor dan biasanya jika berada di belakang sebuah mobil, dan mobil di depan saya ko tidak cepat-cepat menjalankan kendaraannya pun terjawab. It needs process! Saya menjadi belajar memahami menjadi pengemudi mobil. Seperti merasakan ketika saya sendiri di posisi mereka. Mungkin, ini juga yang terjadi dan diperlukan juga dalam hidup, menjadi belajar memahami dan mengerti orang lain. Yah karena tidak tahu apa yang sudah mereka alami dalam hidup begitu. Belajar menyetir seperti mengingatkan seberapa penting memahami orang lain. -jadi dalem gini?-
Saya, yang sering mengendarai motor dan memilih motor untuk berpergian, menjadi lebih paham. Mendapat kesempatan berada di posisi seorang sopir, tentu beda. Pernah suatu kali, saya bersama keluarga bepergian dengan mobil. Ada bus besar, yang seenaknya saja dari arah berlawanan mendahului sebuah kendaraan di depan mereka padahal ada mobil kami di jalur kiri, atau bus besar yang mendahului seperti tanpa perhitungan. Seperti tidak mempedulikan kami. Yang di dalam mobil mulai kesal, tentu, gara-gara sopir bus yang dianggap ngawur. Tapi bulik saya menimpali, yang intinya kita yang ada di dalam mobil mini bus ini tentu kesal dengan apa yang dilakukan dengan sopir bus besar tadi, tapi jika kita di posisi sopir bus, mereka juga sering kesal dengan mobil mini bus seperti yang kami tumpangi waktu itu. Bulik saya bercerita ketika menjadi penumpang bus, pernah dia mendengar orang di dalam bus besar mengeluh kenapa bus mini jalannya lambat, seperti malah menghalangi jalan mereka. J yah padahal tentu pengemudi mini bus dan bus besar punya kepentingan masing-masing. Si pengemudi bus mini mengeluh kenapa bus besar seperti ugal-ugalan salip sana salip sini, yang pengemudi bus besar mengeluh bus mini maunya apa ko jalannya lelet. Seperti sedang diingatkan lagi tentang memahami orang lain.
Need more exercise and practice then, driving a car by myself and learning how to understand others.