Tuesday, 27 July 2010

Daun Singkong Bikin Cerdas euy...

Barangkali salah satu sayuran yang paling mudah ditemukan di sekitar kita yang tinggal di desa adalah daun singkong. Tentunya tanpa menyisihkan peran sayuran yang lain. Namun di lingkungan tempat saya tinggal, singkong adalah tanaman yang hampir ada di setiap pekarangan rumah atau kebun. Tetangga depan, samping, belakang saya, bahkan menanam tanaman ini. Memang tanaman singkong mudah ditanam. Kita tinggal menancapkan potongan batang dengan ukuran yang sama ke dalam tanah. Kemudian kita tinggal menunggu waktu panen. Selain singkongnya yang dapat diolah menjadi berbagai makanan baik ringan maupun berat, daun singkong adalah hal lain yang bisa dimanfaatkan dari tanaman ini.

Beberapa waktu lalu saya menemukan artikel tentang kehebatan daun singkong. Bahwa sayuran mengandung banyak vitamin, mungkin kita sudah tahu sejak kita diajarkan di bangku sekolah dasar. Namun yang akan saya kutip ini adalah khasiat yang terkandung dalam daun singkong, dan berbagai kandungan vitaminnya yang ternyata mempunyai andil dalam ikut mencerdaskan otak. Let’s just start it..

Dalam artikel tersebut ditulis, bahwa kandungan protein daun singkong hampir sama dengan telur. Setelah air, protein adalah senyawa yang paling banyak dalam tubuh manusia, yaitu sekitar separuh dari bobot kering tubuh. Di dalam tubuh protein berfungsi sebagai unsur pembangun sel dan merupakan komponen enzim yang penting.

Dan ini kenapa daun singkong dapat meningkatkan fungsi otak. Menurut berbagai analisis, di dalam daun singkong ada berbagai kandungan asam amino yang diperlukan tubuh baik untuk membantu mengubah karbohidrat menjadi energi, membantu pemulihan kulit dan tulang, meningkatkan daya ingat, mood, kinerja otak dan metabolisme asam amino lain. Dalam kaitan mencerdaskan otak ada beberapa asam amino yang terkandung dalam daun singkong di antaranya: asam glutamik, phenilalanin, tirosin, dan triptophan. Dan apakah fungsi dari beberapa asam amino tersebut, here they are:

Tirosin dan tritophan merupakan dua jenis asam amino yang berperan penting untuk mendukung perkembangan otak optimal. Tirosin dapat meningkatkan fungsi otak dalam menyerap informasi, sekaligus membentuk neutrotransmiter cathecolamine yang berfungsi membuat kita tetap terjaga. Sedangkan triptophan dapat meningkatkan fungsi otak dalam memproses informasi. Triptophan kemudian berubah menjadi serotonin dan melatonin yang berfungsi meningkatkan kualitas tidur.

Daun singkong yang dikonsumsi secara rutin juga dapat mencegah aterosklerosis – penimbunan lemak di dinding pembuluh darah - yang bisa berdampak pada serangan jantung-. Lalu, kandungan klorofilnya menurut penelitian mengandung kuprofilin yang mampu menurunkan kolesterol, trigliseria, lipida serum darah secara nyata. Klorofil dan beberapa turunannya juga memiliki daya antioksidan dan antikanker.

Vitamin A dan C pada daun singkong juga patut diperhitungkan. Dalam saetiap 100 g daun singkong mengandung 3.300 RE vitamin A yang baik untuk kesehatan mata dan vitamin C sebanyak 275 mg yang baik untuk mencegah sariawan, meningkatkan kekebalan tubuh, membantu menangkal radikal bebas dan melindungi sel dari kerusakan oksidasi. Lalu masih ada juga kandungan zat-zat aktif lainnya yang dapat berkhasiat sebagai bahan obat.
Nhah untuk mengatasi sembelit, daun singkong mengandung serat yang sukup tinggi sehingga dapat membantu melancarkan buang air besar.

Untuk mengkonsumsinya daun singkong juga bisa dikombinasikan dengan bahan pangan lain seperti telur, tempe, ataupun ikan, yang tentunya akan lebih baik.

Jadi setelah melihat banyakanya manfaat yang ada di daun singkong, terutama untuk otak, maka kita tak perlu punya alasan lagi untuk tidak sering mengkonsumsinya. Selain murah, seperti yang sudah saya sebutkan di awal, sayuran ini mudah ditemui dan didapatkan di sekitar kita.

Sumber artikel: Intisari, April 2010: 181-185

Thursday, 1 July 2010

My Little Railway Tour

Want to tell about my first railway tour. Bukan kemana-mana sebenarnya, tapi dekat saja, yupz, kereta api Prameks jurusan Solo-Jogja. Udah lama banget pengen naik kereta. Dari dulu, mo ikut temen yang kalau pulang kampong musti naik kereta, ga jadi-jadi. Sampai sekarang udah pisah, belum kesampaian. Tapi, kemudian beberapa bulan yang lalu, naiklah saya kereta. Pertama-tama, cari tiket di Stasiun Balapan, dapat kereta yang berangkat pukul 11.45. Rencananya mo ke Malioboro plus Beringharjo,cari kerudung. (pengalaman cari kerudung di sono murah and modelnya bagus-bagus euy). Trus rencana mo turun di Stasiun Jogja aja, soalnya katane, klo dari Lempuyangan musti naik bus lagi ke Malioboronya. . Setelah beli tiket, masih punya waktu satu jam, makan dulu bentar. Setelah itu, barulah kembali ke Balapan, nunggu kereta Prameks datang.

Tidak lama menunggu, datanglah itu kereta Prameks, siap-siap cari tempat duduk, berebut dah ma penumpang lain. Untunglah dapat tempat duduk, walaupun ga dapat tempat yang strategis buat nonton pemandangan luas di luar (huww). Perjalanan sekitar satu jam lebih. Saya kira naik kereta itu ga berhenti maksudnya langsung gitu. Ternyata hamper lebih dari dua kali musti berhenti di stasiun-stasiun kecil, misalnya di Klaten. Trus, ini nih, saya ko ga ngrasa yang seperti di tipi-tipi itu, kalau naik kereta badannya bisa goyang-goyang, wkakka..ternyata kata adek saya, yaelah, yang di tipi itu kan lebay gaya aje…ohh jadi gitooo,ndesit lah…trus ada yang jualan juga toh, di kereta, tapi bukan pedangang asongan, jadi ada mba-mba ‘n mas-mas pakaiannya rapi bersih, bawa kereta yang isinya makanan ringan plus minuman melewati gerbong dan sesekali berhenti kalau ada yang beli. Nhah jualannya kayak gitu… wah boleh juga..

Jalur Solo-Jogja, yang dilalui, mayoritas adalah sawah terhampar. Di daerah Klaten lihat ada Candi sekilas, tapi ga tahu candi apa. Akhirnya tiba juga di stasiun Jogja. Tujuan pertama ke Malioboro, mikir bentar, lhah Malioboro arah mana yah, perasaan tadi lewat.. Ternyata eh ternyata Malioboro itu deket banget ma stasiunnya. Sebelah selatannya, tinggal nyebrang doank. Mana kami tahu kalau sedekat itu, makanya tanya tukang becak dulu baru tahu. Yasudd, lanjut, jalan kaki dari stasiun, sebenere ke Malioboro cuma numpang lewat doang, tujuan utama adalah Pasar Beringharjo. Di persimpangan beli dua botol minuman dingin, habis panas terik, dan jalan kaki akan menambah keluarnya cairan tubuh nanti. Tanya lagi ma Bapak tukang becak, masih jauh ga pasarnya, ternyata lumayan. Siipp, lanjut jalan lagi.

Sampai di Pasar Beringharjo, naik ke lantai dua (klo ga salah si) tempat penjual kerudung berada. Pilih sana sini, akhirnya dapat, juga kerudungnya. Nhah, adek saya sempat nyeletuk neh, pas berada diantara toko-toko kerudung itu.
Dia bilang " ehhh, mbaa, rungokno, ono sing aneh ga ?"
saya : " hah..opo ? "
Dia: “laguuuuunee ki lhoo”
Saya : “waahh iyo ik” baru sadar dari tadi.
Jadi gini, tokonya si, boleh jual asesoris muslim, gitu, tapi lagu yang distel, mayoritas lagu kayak anak dugem gitu, hweheh….ajib-ajib dah…kayak di distro-distro..
Dia bilang lagi “lhah ko lagunya bukan yang ‘umi umi’(lagunya Sulis, dulu sempet popular banget) yoh?!”
Saya : “hheeheheh, he’eh ik, geoll buuuu!”

Udah dapat yang dicari, ya sudah turun, setelah memperkirakan jalan dari stasiun ke pasarnya, jadi kemungkinan arus jalan balik ke stasiun bisa diperkirakan juga. Ini penting soalnya kereta Prameks terkahir yang ke Solo, akan datang pukul 16.15, kan ga asik juga klo ketinggalan kereta. Untunglah, masih ada waktu, nunggu kereta Prameks datang, lesehan dulu di Peron, mencoba menikmati nunggu kereta bersama calon penumpng lain,hheheh….Kurang lebih setengah jam nunggu, akhirnya keretaku datang juga. Ternyata penumpang yang mo ke Solo sore itu, buanyaknyaaa….entah karena ini kereta terakhir mungkin. Ritual rebutan kursipun terjadi lebih sengit dari sebelumnya, tapi belum rejeki, akhirnya musti berdiri. Ini kali, tiket tidak diperiksa, lah gimana mo meriksa lha wong penumpangnya aje, desek-desekan gitu…tapi enjoy aja lahhh…..capek juga berdiri, akhirnya lesehan juga di gerbong kereta…(sempet terpikir besok-besok boleh tuh bawa koran buat alas) dan ini kali kereta tidak banyak berhenti, ga tahu kenapa, apa karena udah penuh or emang udah ga ada penumpang di stasiun-stasiun yang dilewati. Kereta melajuuuu….

Baru bisa duduk pas nyampe di stasiun Purwosari. Tidak mengapa lah, daripada daripada…Nhah sepanjang mendekati stasiun Purwosari sampai stasiunnya, banyak banget warga yang ngumpul di pinggiran rel. Bapak-bapak, ibu-ibu dengan anak-anak kecil, tak terkecuali, muda-mudi… lhah ternyata mereka lihat kereta lewat toh..saya kira ada apaan. Yupz, menghabiskan waktu senja yang cukup mengasyikkan juga kayaknya, rekreasi gratis sore hari. Jadi inget dulu waktu kecil, diceritain kereta api aja udah seneng, apalagi ini, diajak nonton keretanya jalan langsung….hmmm…

Sekitar pukul setengah enam sore, nyampe juga di Stasiun Balapan, turun ambil sepeda motor di parkiran menuju pemberhentian berikutnya… Setelah dihitung, harga tiket pulang pergi, satu orang Rp.18000,- . Sebenernya lebih irit kalau naik motor sendiri si, kalau ke Jogja, tetapi sensasi pengalaman naik kereta api, tentunya akan tetap berbeda pula ceritanya….(berasa kayak acaranya mas Tomohiro, -ngayal dulu dikit- ,yang tur di China naik kereta, xixixiix, jadi pengen, kapan yaw??someday maybe...). Crita –crita ma temen, eh ternyata dia belum pernah naik Prameks, alhasil dia ngajakin kapan-kapan pengen naik Prameks juga dah ah…